← Back Published on

Surat Rindu

Apa kabar pa?

Malam ini, aku sempatkan menulis surat untuk papa yang pergi meninggalkan semesta lebih dulu. Aku baik-baik saja disini, pa. Setidaknya untuk saat ini. Pa, baru-baru ini aku sadar, ternyata hidup memang selucu itu. Sulit rasanya menebak jalan depan yang makin kelabu arahnya. Tapi beruntungnya aku, bisa dipertemukan dengan banyak orang-orang baik pa. Jadi setidaknya aku tidak sendirian.

Bicara tentang orang baik pa, beberapa waktu lalu aku sempat dengar cerita tentang kebaikan papa dulu. Senang rasanya aku bisa dengar cerita tentang papa, karena sekali lagi aku dapat validasi kalau aku memang putri dari laki-laki sehebat papa. Tapi, kadang saat aku dengar orang lain cerita tentang papa, aku jadi sedikit iri. Iri karena aku tidak seberuntung mereka yang bisa merasakan kebaikan papa secara langsung.

Pa, kadang saat hidup begitu sulit, kata ‘seandainya’ sering muncul di kepala. Bagaimana ya, seandainya kalau aku bisa seperti yang lain? Bagaimana ya, kalau aku masih punya papa? Ironi memang pa. Karena aku juga suka dilabeli sebagai anak perempuan tangguh yang bisa sukses tanpa kehadiran papa.

Pa, aku tidak pernah menyesal papa pergi lebih dulu. Pun, menyalahkan Sang Kuasa untuk skenarionya di hidupku. Aku cuma mau bilang, terimakasih ya pa, untuk semua wejanganmu yang masih kupakai sampai saat ini. Juga maaf, karena wajah dan sosokmu yang makin samar diingatanku. Sekali lagi, terimakasih ya pa, aku rindu.

Dari putri kecilmu, Nala.