Perempuan
Ini cerita tentang perempuan yang terbiasa harus memilih
Seringkali kita ditanya, mau kerja atau jadi ibu rumah tangga?
Seolah saat kita memilih salah satu, yang lain harus dikobankan
Tidak sedikit juga dari kita yang harus menerima pandangan dunia
Jangan berkarir terlalu tinggi
Jangan sekolah tinggi-tinggi
Jangan begini, jangan begitu
Seolah-olah kesuksesan kita membawa satu konsekuensi yang begitu negatif.
Bahkan tak jarang kita diperlakukan seperti perhiasan.
Kamu memang cantik, andai badanmu lebih kurus lagi, kamu harus diet, jatah makanmu harus dikurangi, olahraga lah sekali-kali.
Tapi terlalu ceking juga nggak enak dipandang, nanti kamu terlihat seperti orang sakit, kurang gizi.
Mereka bilang kamu cantik, andai riasan wajahmu terlihat lebih natural. Tapi natural bukan berarti kamu bebas dari make up. Nanti wajahmu pucat, siapa yang mau menatap?
Mereka bilang kamu cantik, andai kulitmu lebih putih. Eh tapi jangan terlalu putih, nanti terlihat seperti mayat.
Dan masih banyak lagi standar kecantikan yang tidak memanusiakan perempuan yang seharusnya ditinggalkan.
Pertanyaannya, mengapa perempuan harus mengikuti tradisi, pandangan dan standar dunia?
Saat Sang Pencipta sendiri, tak pernah memberikan penghakiman bagaimana kita harus terlihat.
Kita tidak diciptakan hanya untuk menjadi pelengkap.
Tidak juga sekedar pemandangan yang harus enak dilihat.
Kenapa kita harus takut dan menahan diri?
Saat perempuan juga bisa berkarya, berdaya, berdampak dan bermanfaat bagi banyak orang.
Post a comment